Perekonomian Global yang Melambat Bikin Ekspor Kurang Sehat
FAKTA.COM, Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus sepanjang 43 bulan belakangan. Akan tetapi, perlambatan ekonomi global hingga kini masih terus mengancam dan berakibat turunnya permintaan ekspor.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, ekspor produk nasional sejatinya terus melemah sejak akhir 2022. Alasannya, negara mitra utama seperti Tiongkok dan Amerika Serikat mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berakibat surutnya permintaan impor.
Surplus Neraca Perdagangan Perkuat Ketahanan EkonomiSelain itu, dari sisi harga juga mengalami penurunan terutama komoditas, seperti batu bara, sawit, dan besi baja. "Meskipun surplus, tapi ini surplus yang kurang sehat, karena impor kita yang juga sedang jatuh," kata dia, Selasa (19/12/2023).
Kondisi ini perlu menjadi perhatian pemerintah agar tetap dapat menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu langkahnya , melakukan diversifikasi ekspor ke negara-negara lain yang perekonomiannya relatif masih baik.
Pertumbuhan Bergerak Naik, Penerimaan Pajak Tembus 101,3 Persen dari TargetBeberapa negara yang berpotensi menjadi sasaran diversifikasi produk ekspor di antaranya. India, Timur Tengah, serta negara-negara di Afrika. Faisal mengatakan, "Pemerintah perlu lihat bagaimana proyeksi ekonomi dan kebutuhan dari negara tersebut, tentunya harus mengutamakan produk manufaktur apa yang bisa diserap."
Impor barang konsumsi naik
Neraca perdagangan Indonesia pada November silam tercatat surplus senilai US$2,41 miliar. Namun demikian, nilai tersebut masih di bawah pencapaian bulan sebelumnya yang mencapai US$3,48 miliar.
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan mengatakan, pencapaian pada bulan lalu dipengaruhi penurunan nilai ekspor yang sertai peningkatan nilai impor. "Surplus November 2023 melanjutkan tren surplus seperti pada bulan-bulan sebelumnya,” ujar dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan ekspor terjadi lantaran terjadi penurunan produk migas dan nonmigas. Masing-masingnya sebesar, 0,29 persen dan 6,38 persen secara month to month (MoM).
Surplus Neraca Dagang Makin Rendah, Tersisa US$2,41 Miliar per NovemberPada bulan lalu, nilai impor Indonesia mencapai US$19,59 miliar atau naik 4,89 persen ketimbang Oktober 2023. “Peningkatan impor di November 2023 ini sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur Indonesia, terlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang tercatat sebesar 51,7 poin," kata Zulkifli.
Pada bulan sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia hanya sebesar 51,1 poin. Zulkifli menambahkan, "Karena untuk persiapan Natal dan Tahun Baru (Nataru), impor barang konsumsi juga meningkat di November.”
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menjelaskan, perlambatan permintaan global turut mempengaruhi aktivitas perdagangan. Bahkan,di level regional, kontraksi ekspor dan impor juga terjadi di Malaysia dan Singapura.
Impor Naik Jelang Tutup Tahun, Terbanyak Barang Modal dan KonsumsiNeraca perdagangan Indonesia yang masih surplus mencerminkan ketahanan eksternal Indonesia yang masih terjaga di tengah peningkatan risiko global. Ia mengatakan, “Pemerintah akan terus mewaspadai risiko global yang masih eskalatif ini dengan mengoptimalkan peran APBN untuk menyerap gejolak yang terjadi sehingga meminimalisasi dampaknya ke ekonomi nasional.”
Hingga kini, tujuan negara ekspor Tiongkok, kemudian disusul India Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan. Tiongkok juga meruapakan negara utama asal produk impor Indonesia, yang kemudian disusul oleh Jepang dan Korea Selatan. (Sahli Mubarak/Andi Winanto)
Komentar (0)
Login to comment on this news