Jaga Kesehatan Mental agar Diri Tak Bernasib Sial
FAKTA.COM, Jakarta - Angka kematian akibat bunuh diri dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Fenomena ini tentunya harus menjadi perhatian bersama untuk memperbaiki kesehatan mental orang-orang di sekitar.
Psikolog Klinis dari Unpad, Fauziah Febrianni Fathurochman mengatakan, kasus bunuh diri bisa terjadi karena kondisi fisik atau psikis seseorang, misalnya riwayat gangguan kejiwaan alias persoalan kesehatan mental. "Kemudian faktor eksternalnya berupa pola asuh orang tua, support social dan lainnya,” jelasnya ketika dihubungi Fakta.com, Kamis (21/12/2023).
OJK Minta AdaKami Investigasi Mendalam tentang Dugaan Nasabah Bunuh DiriPemerintah harus lebih memfokuskan program-program kesehatan mental mengingat angka bunuh diri yang cenderung meningkat. Salah satunya, memudahkan akses warga ke psikiater maupun psikolog.
Febrianni berharap, fasilitas kesehatan jiwa dapat dengan mudah diakses hingga ke tingkat puskesmas. “Isu kesehatan mental layaknya misteri gunung es, yang muncul hanya sebagian," kata dia.
Bantuan sekitar
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengatakan, perhatian dari keluarga dan masyarakat terhadap calon korban bunuh diri mutlak diperlukan. Para warga diharapkan dapat saling mengawasi lingkungan sekitar.
Dengan demikian, upaya pencegahan sekaligus mendeteksi dini akan adanya ancaman yang membahayakan pihak-pihak lain, khususnya kepada anak dapat terhindarkan. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA, Nahar mengatakan, "Semua pihak agar selalu melakukan pengawasan terhadap lingkungan sekitar."
KH Ahmad Bahauddin Nursalim sebuah ceramahnya di kanal Youtube mengatakan, bunuh diri termasuk dosa besar lantaran termasuk dalam sikap putus asa terhadap pemberian dari Sang Pencipta. Sehingga, setiap orang harus mampu mengenali dirinya sendiri serta terus berupaya untuk mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan.
"Kalau ada orang yang berpikir punya musuh, dan musuh itu selain dirinya, maka dia itu sangat bodoh. Dia tidak tahu bahwa paling bahaya hakikat dalam hidup adalah dirinya sendiri," ujar ulama yang dikenal dengan sebutan Gus Baha.
Bunuh diri anak
Selain itu, hal lain yang cukup memprihatikan bahwa angka bunuh diri anak-anak juga terbilang tinggi. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, selama Januari hingga November 2023 terdapat 37 aduan kasus mengenai anak yang mengakhiri hidupnya.
Menurut Ketua KPAI, Ai Maryati Solihah, terdapat fenomena perubahan pembiasaan anak sejak berakhirnya masa pandemi Covid-19. Di mana, lebih dari satu tahun, anak-anak usia sekolah diharuskan membatasi interaksi langsung serta melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
5 Makanan Berdampak Buruk Pada Kesehatan MentalHal tersebut tentunya dapat mempengaruhi kejiwaan sang anak ketika masuk situasi atau interaksi normal. "Tantangan terbesarnya adalah sejauh mana anak menjadi pelaku atau korban dengan ditarik mengapa di sektor hilir terjadi peristiwa tersebut dan angkanya tinggi," kata dia.
KPAI berharap pemerintah bisa memperhatikan persoalan ini agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Misalnya, memperbanyak jumlah guru bimbingan konseling (BK), serta adanya pelajaran kesehatan mental yang diajarkan di setiap satuan pendidikan.
Komentar (0)
Login to comment on this news