Universitas Muhammadiyah Maumere Permudah Mahasiswa Bayar Kuliah dengan Hasil Bumi
FAKTA.COM, Jakarta – Universitas Muhammadiyah Maumere punya kebijakan unik. Perguruan tinggi ini mengizinkan mahasiswa membayar biaya kuliah dengan hasil bumi.
Rektor Universitas Muhammadiyah Maumere, Erwin Prasetyo, mengatakan ada beberapa pertimbangan dalam menerapkan kebijakan ini. Pertama, kebijakan pembayaran kuliah dengan hasil bumi sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945.
“(Kebijakan) ini sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar kita bahwa kita hadir dengan ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa serta juga ikut merawat fakir miskin. Begitu juga semangat gerakan Muhammadiyah melalui gerakan Al Maun, yaitu menolong fakir miskin dan anak yatim piatu,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Maumere, Erwin Prasetyo, ketika dihubungi FAKTA.COM di Jakarta, Selasa (28/5/2024).
Pertimbangan selanjutnya adalah rata-rata masyarakat di sekitar kampus berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Sekadar informasi, kampus itu terletak di Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kami menemukan ada banyak mahasiswa yang kesulitan membayar uang kuliah,” kata dia.
Biaya Kuliah Mencekik, Netizen: Good Bye Indonesia Emas 2045Berawal dari Sini
Awalnya, lanjut Erwin, kebijakan tersebut berlaku pada 2018. Kala itu, ada seorang mahasiswi yang kesulitan membayar uang kuliah menjelang Ujian Akhir Semester (UAS). Waktu itu, tunggakannya mencapai Rp1 jutaan.
“Tapi mahasiswa tersebut menceritakan bahwa di rumahnya ada hasil bumi berupa kelapa dan pisang,” kata dia.
Biasanya, lanjut Erwin, ada orang kota yang membeli hasil bumi ke desa. Namun, tidak ada orang yang membeli kelapa dan pisang menjelang UAS. Ini yang menyebabkan sang mahasiswi tak bisa membayar uang tunggakan sebelum ujian.
Tidak hanya itu, ada juga mahasiswi lainnya yang kesulitan membayar uang kuliah. Namun, dia punya kebun alpukat. Disebutkan juga bahwa hasil buminya tidak dibeli orang kota.
“Dari situlah akhirnya ada kebijakan dari kampus membeli hasil bumi mahasiswi tersebut,” kata Erwin.
Dia melanjutkan kebijakan bayar kuliah pakai hasil bumi disambut baik oleh orang tua dan mahasiswa karena bisa meringankan mereka dalam membayar uang kuliah.
Erwin melanjutkan, rata-rara ada 1-2 orang mahasiswa yang membayar kuliah dengan hasil bumi setiap tahun. Selain kelapa dan pisang, ada juga yang membayar dengan batu merah dan kain tenun ikat.
Rancang Skema UMKM untuk Bantu Pemasaran Hasil Bumi
Nadiem Pastikan Biaya UKT Batal NaikSebenarnya, lanjut Erwin, jika melihat dari hasil bumi di Flores, seharusnya mereka bisa membayar uang kuliah. Yang menjadi masalah adalah orang Flores di desa cenderung menanti orang kota untuk membeli dagangannya.
“Kebanyakan orang desa tidak punya link atau tidak mengetahui ke mana harus dipasarkan hasil buminya,” ujar Erwin.
Semula, lanjut dia, pihak kampus hanya membantu untuk menjualkan hasil bumi kepada keluarga dosen pegawai. Harga pembeliannya pun disesuaikan dengan harga pasar. Dia menyebut skema ini tidak merugikan mahasiswa.
Kini, lanjut Erwin, pihak universitas sedang merancang UMKM untuk industri rumahan pengolahan hasil bumi untuk membantu penjualan.
“Sekarang kami lagi mendesain bagaimana bisa membentuk UMKM usaha mikro kecil dan menengah yang dikelola oleh mahasiswa untuk industri rumahan pengolahan hasil bumi, sehingga hasil bumi kami bisa dipasarkan lebih luas,” kata dia.
Komentar (0)
Login to comment on this news