Mengenal Tsunami, Bencana Alam yang Terjang Aceh 19 Tahun Lalu
FAKTA.COM, Jakarta - Seperti yang kita ketahui, 19 tahun yang lalu, ada sebuah bencana alam yang melanda Aceh, yaitu tsunami. Bencana itu menelan korban jiwa yang tidak sedikit.
Ngomong-ngomong, apa itu tsunami?
Dikutip dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Selasa (26/12/2023), tsunami merupakan rangkaian gelombang laut yang menjalar dengan kecepatan tinggi, lebih dari 900 km per jam. Kecepatan gelombang bergantung kepada kedalaman laut.
Kenali Jenis Bahaya Letusan Gunung ApiMisalnya, laut sedalam 7.000 meter bisa menghasilkan tsunami dengan kecepatan 942,9 km/jam. Kecepatan ini sama dengan pesawat jet. Namun, tinggi gelombang laut tak lebih dari 60 cm. Inilah yang menyebabkan kapal-kapal yang sedang berlayar, jarang merasakan tsunami.
Di laut lepas, panjang gelombang tsunami di antara dua puncak, bisa mencapai 100 km. Selisih waktunya bisa berkisar 10 menit-1 jam. Akan tetapi, ketika mencapai teluk, pantai dangkai, atau muara sungai, kecepatan gelombang air laut ini turun. Tingginya bahkan bisa mencapai puluhan meter dan bersifat merusak.
Ada tiga hal yang menyebabkan tsunami, yaitu gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tanah longsor.
1. Tsunami karena gempa bumi
Mengenang 19 Tahun Tsunami AcehAda dua syarat gempa bumi bisa menyebabkan tsunami, yaitu pusat gempa di dasar laut dan kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km.
2. Tsunami akibat letusan gunung berapi
Pada 1883, letusan Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan tsunami yang menyapu pantai di Lampung dan Banten. Lima ribu kapal hancur dan banyak pulau kecil tenggelam. Gelombang air laut setinggi 40 meter ini menghancurkan hampir 300 perkampungan dan menewaskan lebih dari 36 ribu orang.
3. Tsunami karena tahan longsor
Es dan bebatuan sebanyak total 81 juta ton jatuh ke Teluk Lituya, Alaska, pada 1958. Longsoran terjadi karena guncangan gempa bumi sebelumnya. Longsoran itu memicu gelombang tsunami setinggi 350-500 meter. Gelombang ini menyapu lereng-lereng gunung serta pepohonan dan semak belukar.
Komentar (0)
Login to comment on this news