Dalam Gempuran Israel, Bagaimana Gambaran Ekonomi Palestina?

Dokumen Official channel of Palestinian Ministry of Foreign Affairs and Expatriates X @pmofa
Place your ads here

FAKTA.COM, Jakarta - Kontak senjata terbuka antar Faksi Hamas dengan tentara Israel di wilayah Gaza, Palestina membuat negara itu berada dalam ancaman kemanusiaan paling serius dalam beberapa tahun terakhir. Situasi tersebut menimbulkan korban jiwa serta berdampak pada aktivitas produktif warga secara setempat.

Berdasarkan informasi yang dihimpun redaksi pada awal pekan ini, jumlah korban meninggal dipercaya telah menembus 4.000 orang, baik dari kedua kubu yang bertikai maupun masyarakat sipil.

Lantas bagaimana sebenarnya kondisi perekonomi Palestina yang kini disebut dalam pendudukan Israel? 

Mengutip siaran Bank Dunia (World Bank), diketahui bahwa sebelum terjadinya perang perekonomian Palestina sebenarnya sudah stagnan akibat merebaknya COVID-19. Selama tahun 2017-2019, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) rata-rata sebesar 1,3%. Angka ini lebih rendah dari tingkat pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan penurunan pendapatan per kapita dan peningkatan kemiskinan. 

“Dekomposisi pertumbuhan menunjukkan bahwa hal ini didorong oleh akumulasi berbagai faktor dan bukan peningkatan produktivitas,” kata Bank Dunia dikutip Selasa, (17/10/2023).

Kata Bos IMF, Begini Dampak Ekonomi Konflik Israel dan Palestina

Menurut lembaga internasional itu, investasi bruto rata-rata mencapai 26% dari PDB, namun sebagian besar dari jumlah tersebut disalurkan ke kegiatan-kegiatan di sektor-sektor yang tidak dapat diperdagangkan, dan bukan ke sektor-sektor yang dapat berfungsi sebagai eskalator pertumbuhan. Demikian pula dengan investasi asing langsung, yang hanya sebesar 1% PDB, 

“Jumlah ini sangatlah rendah,” imbuh Bank Dunia.

Lebih lanjut, perkiraan berdasarkan pertumbuhan PDB per kapita menunjukkan bahwa pada 2020 tingkat kemiskinan melonjak menjadi 29,7%, meningkat hampir 8 poin persentase dari 2016. 

“Ketika dampak pandemi mereda, angka kemiskinan diperkirakan turun menjadi 27,3% pada tahun 2021. Angka kemiskinan saat ini mewakili populasi miskin yang berjumlah sekitar 1,5 juta orang,” ungkap risalah  tersebut.

Dari sisi fiskal, pendapatan meningkat di 2022 yang mencerminkan peningkatan tarif pajak atas minuman manis dan plastik sekali pakai, pemungutan cukai tembakau yang lebih tinggi, dan pendapatan PPN yang lebih tinggi karena penerapan sistem e-VAT dengan Israel.

“Namun, upaya ini akan diimbangi oleh pemotongan sepihak Israel atas pendapatan yang dikumpulkannya atas nama Otoritas Palestina, yang diproyeksikan sebesar 1,6% dari PDB pada tahun 2022,” tegas Bank Dunia.

Pernyataan Sikap Jokowi soal Konflik Palestina dan Israel

Kemudian, Pengeluaran diperkirakan akan menurun dengan pembayaran sebagian gaji hingga Mei 2022. Dengan adanya hibah, defisit fiskal akan berkurang (dalam basis tunai) diperkirakan akan turun menjadi 4,5% PDB pada periode 2022.

Bank Dunia menganggap konsekuensi ekonomi dari perang di Ukraina dan sanksi yang terkait juga dapat mempengaruhi prospek perekonomian melalui meningkatnya tekanan inflasi. 

“Lebih jauh lagi, jika bentrokan baru-baru ini antara warga Palestina dan pasukan Israel di Tepi Barat dan Gaza meningkat, maka hanya ada sedikit ruang yang tersisa untuk meredam guncangan tersebut,” kata Bank Dunia.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Infografis
//