Jangan Ragu, Begini Cara Akhiri Toxic Relationship dan Move On
FAKTA.COM, Jakarta - Tidak jarang orang terjerumus ke dalam toxic relationship. Bahkan, mereka kesulitan untuk mengakhiri hubungan itu dan move on.
Dikutip dari laman Universitas Airlangga, Rabu (26/6/2024), pakar psikologi klinis dan kesehatan mental, Margaretha, S.Psi., PGDip Psych, M.Sc., mengatakan toxic relationship merupakan hubungan dengan nuansa yang lebih negatif. Padahal, dalam hubungan, diharapkan ada harapan yang lebih positif, misalnya tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
"Relasi ini lebih banyak merugikan, padahal kita punya harapan yang lebih positif," kata Margaretha.
Dosen Fakultas Psikologi UNAIR ini menjelaskan ada tiga ciri hubungan toksik. Pertama, terjadi isolasi sosial yang terjadi pada salah satu pihak karena ada pembatasan interaksi. Isolasi ini terjadi bertujuan agar pelaku bisa lebih berkuasa ketika terjadi kekerasan.
"Keterbatasan interaksi membuat korban kehilangan tempat curhat karena relasi antar teman yang terganggu," kata dia.
Tips Menjaga Api Cinta Pernikahan Agar Tetap MembaraCiri yang kedua adalah berselisih terus-menerus. Misalnya, lanjut Margaretha, pasangan tersinggung, lalu bersikap kasar dan tak suka dikritik. Konflik seperti itu sering menjadi cara mengendalikan pasangan.
"Agar tak berselisih, korban akan menuruti keinginan pasangan," kata dia.
Ciri yang ketiga adalah penelantaran dan pengabaian. Margaretha mencontohkan salah satu bentuk pengabaian adalah penyangkalan atas segala yang terjadi dalam hubungan.
Pasangan, kata dia, tak mau mengakui kerugian berupa luka terhadap orang lain. Ini akan mempengaruhi kemampuan berpikir pasangan. Istilahnya, kata dia, adalah gaslighting atau memanipulasi.
"Jadi, ia meragukan kemampuan pasangan dalam berpikir dan mengambil keputusan," kata Margaretha.
Dalam hubungan yang sehat, biasanya perselisihan akan menemukan jalan keluar, bisa berupa diskusi dari kedua belah pihak. "Kalau toxic relationship, terjadi isolasi, konflik, dan juga penyangkalan, penelantaran yang sifatnya berulang," kata dia.
Fitur WhatsApp Siap Bantu Kamu Katakan Cinta ke GebetanDikutip dari Alodokter, hubungan toksik bisa membuat korban merasa rendah diri. Alhasil, gangguan kesehatan bisa muncul, seperti stres dan depresi. Bahkan tak menutup kemungkinan terjadi gangguan psikosomatik dan penyakit jantung.
Cara Mengakhiri Toxic Relationship dan Move On?
Lalu, bagaimana cara mengakhiri hubungan toksik dan move on?
Dikutip dari iDiva, ada 8 cara yang bisa kamu lakukan. Pertama, mengakui dan menerima bahwa kamu berada dalam hubungan toksik. Ini merupakan langkah yang penting.
Kedua, berpegang teguh pada pendirian. Ketika hendak memutuskan hubungan, kamu tentu sudah melakukan banyak upaya, tapi tidak ada perubahan. Lalu, tetaplah pada pendirian untuk mengakhiri hubungan.
Ketiga, memutuskan kontak. Salah satu cara mengakhiri hubungan ini adalah memutus semua kontak dengan mantan pasangan.
Mengenal Obsessive Love Disorder, Cinta Obsesif yang Viral di Media SosialKeempat, pahami bahwa kamu berhak mendapatkan yang lebih baik. Setelah terjerumus ke dalam hubungan toksik, kamu perlu menghargai diri sendiri. Ingat, you deserve better, guys.
Kelima, buatlah catatan. Kamu bisa menulis semua emosi, perasaan, hingga ide-ide baik. Ini bagus untuk kesehatan mental.
Keenam, berada di lingkungan orang positif. Hal terbaik setelah keluar dari hubungan toksik adalah berkumpul dengan orang-orang yang positif, seperti sahabat. Mereka akan membantumu untuk move on dari mantan.
Ketujuh, bangun support system. Seseorang biasanya akan merasa kesulitan setelah putus. Habiskan waktu dengan keluarga atau teman-teman daripada sendiri meratapi sepi.
Kedelapan, identifikasi keuntungan keluar dari toxic relationship. Mengakhiri hubungan toksik ini sangat membantu dan menguntungkanmu. Kamu akan merasa lega dan enggak perlu berurusan lagi dengan perilaku yang abusif dan manipulatif.
Komentar (0)
Login to comment on this news