Cuaca Panas di Eropa Akibatkan Kematian Naik 30 Persen
FAKTA.COM, Jakarta - Cuaca panas di Eropa membuat angka kematian naik 30% pada tahun lalu.
Dikutip dari Arab News, Senin (22/4/2024), menurut laporan layanan iklim Copernicus UE dan World Meteorological Organization (WMO), kondisi ekstrem yang terjadi pada 2023, termasuk cuaca panas pada Juli 2023, membuat 41% wilayah selatan Eropa mengalami panas ekstrem.
Kondisi itu menimbulkan risiko kesehatan, terutama bagi para pekerja di luar ruangan, lansia, serta orang-orang pengidap penyakit seperti jantung dan diabetes, bahkan kematian. Tercatat pada 2023, kematian akibat panas ekstrem naik 30% dalam 20 tahun terakhir.
Duh, Bumi Makin Panas!Sekadar informasi, pada 2023, sebagian wilayah Spanyol, Prancis, Italia, dan Yunani mengalami sengatan panas ekstrem selama 10 hari. Diperkirakan suhunya lebih dari 46 derajat Celsius.
Tahun lalu memang menjadi yang terpanas di dunia. Eropa pun merupakan benua pertama yang mengalami pemanasan tercepat di dunia.
Oh, Ternyata Ini Penyebab Cuaca Panas di Eropa
Usut punya usut, emisi gas rumah kaca menjadi biang kerok panas yang luar biasa pada tahun lalu. Selain itu, anomali cuaca El Nino juga dikabarkan berperan.
Mengenal Gelombang Panas, Cuaca Ekstrem yang Landa MalaysiaPanas memicu cuaca ekstrem. Alhasil, banjir pun terjadi akibat atmosfer yang lebih hangat menampung lebih banyak uap air sehingga menimbulkan hujan yang lebat.
Direktur Copernicus untuk Layanan Perubahan Iklim, Carlo Buontempo, mengatakan bencana-bencana alam pada 2023 akibat tekanan panas mengejutkan para ilmuwan.
Contoh bencana alam yang terjadi akibat cuaca ekstrem adalah banjir di Slovenia. Air bah pada 2023 ini berdampak kepada 1,5 juta orang. Ditambah lagi kebakaran hutan terbesar di Yunani yang melalap area seluas 960 km persegi. Gleteser Alpen juga kehilangan 10% sisa volume pada 2022 dan 2023.
Komentar (0)
Login to comment on this news