Sejak Kapan Gelar Haji Digunakan di Indonesia?
FAKTA.COM, Jakarta - Gelar haji dan hajjah biasanya disandang oleh setiap orang Muslim di Indonesia yang sudah menunaikan ibadah ini. Tapi, sejak kapan, ya, penyematan gelar ini diberlakukan?
Dikutip dari Kementerian Agama, Rabu (3/7/2024), seorang filolog, Oman Fathurahman, mengatakan pemberian gelar haji dan hajjah sudah berlangsung sejak lama. Oman mengatakan perjuangan haji pada zaman dulu, sangat berat. Orang yang pergi haji harus menempuh perjalanan yang berat, seperti mengarungi lautan hingga menjelajah gurun pasir.
Daftar Selebritas yang Tunaikan Haji Tahun IniMereka yang sukses melalui ujian saat berhaji dan bisa kembali dengan selamat ke Tanah Air, lanjut Oman, dianggap berhasil dapat anugerah. Apalagi, mereka bisa berkunjung ke Kakbah, kiblat suci umat Islam.
Dia berkata, inilah yang menjadi alasan di Indonesia pemberian gelar haji dan hajjah lazim digunakan bagi jemaah yang selesai berhaji dan gelar itu disematkan di depan nama.
Tiga Perspektif Gelar Haji
Seorang antropolog UIN Syarif Hidayatullah, Dadi Darmadi, mengatakan gelar haji, bagi sebagian masyarakat di Indonesia, menjadi hal yang penting dan membanggakan, serta mencerminkan status sosial. Menurut Dadi, ada tiga perspektif penggunaan gelar haji.
Yang pertama, secara keagamaan, haji merupakan suatu ibadah untuk menyempurnakan rukun Islam. Jauhnya jarak tempuh, biaya yang mahal, dan syarat yang tidak mudah menjadikan ibadah ini semakin penting dan tak semua orang bisa melakukannya.
“Untuk itulah, gelar haji dianggap layak dan terus disematkan bagi mereka yang sudah melakukannya,” kata Dadi.
Innaillahi, Sudah 138 Jemaah Haji RI yang Wafat di SaudiKedua, secara kultural, cerita-cerita menarik dan narasi yang mengharukan selama berhaji, berkembang menjadi cerita populer. Ini yang membuat banyak orang tertarik untuk menunaikan ibadah haji.
Ketiga, perspektif kolonial. Dulu, pemerintah kolonial Belanda berusaha membatasi jemaah haji. Salah satunya membuka konsulat jenderal pertama di Arabia pada 1872. Tugasnya adalah mencatat pergerakan jemaah dari Hinda Belanda. Para jemaah diminta untuk pakai gelar dan atribut pakaian haji agar lebih mudah dikenali dan diawasi.
“Padahal, menurut Snouck Hurgronje, yang meneliti haji saat itu, jemaah haji tidak layak ditakuti sebagai anti penjajah,” kata dia.
Komentar (0)
Login to comment on this news