Meredam Gejolak di Pasar Saham

Ilustrasi. (Dokumen Fakta.com/Putut Pramudiko)
Place your ads here

FAKTA.COM, Jakarta - Pasar saham tanah air sedang bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Salah satu tandanya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada di bawah level psikologis 7.000.

Posisi terakhir, Rabu (26/6/2024), IHSG bertengger di level 6.905,64. Dengan begitu, kondisi tersebut sudah bertahan dalam 14 hari perdagangan.

Penurunan IHSG sudah terjadi sejak menutup 5 bulan pertama tahun ini. Saat itu, IHSG untuk pertama kalinya menyentuh level penutupan di bawah 7.000 sejak 22 November 2023.

Bahkan, pada 19 Juni 2024, IHSG tercatat berada di level terendahnya 6.726,92.

Jika dilihat lebih dalam, gejolak di pasar saham sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Kemudian, sejak saat itu investor asing berlomba-lomba meninggalkan portofolio saham hingga sempat mencatat akumulasi jual bersih (net sell) Rp6,2 triliun.

Selain itu, ada juga faktor suku bunga acuan. Di sini, bukan hanya terkait BI Rate saja, melainkan ketidakpastian dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang masih tarik ulur untuk menurunkan Fed Rate.

IHSG di Antara FCA dan The Fed, Apa Iya Bisa Balik ke 7.000?

Di sisi lain, kebijakan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait papan pemantauan khusus atau full call auction (FCA), juga jadi sentimen negatif. Seperti pernyataan Head of Investment PT Reswara Gian Investa, Kiswoyo Adi Joe kepada Fakta.com beberapa Waktu lalu.

Kiswoyo menilai, performa IHSG agak aneh. "Karena harusnya bisa bertahan di 7.000," kata Kiswoyo.

Atas gejolak yang ada, performa IHSG pun masuk deretan indeks saham dengan performa terendah tahun ini. Dari 36 world indices comparison, IHSG bertengger di posisi 32 dengan penurunan 5,05% secara year to date/ytd (data per 26 Juni 2024).

Jika ditarik ke wilayah ASEAN, IHSG bahkan berada di posisi kedua terendah dari enam indeks. Di sini, IHSG hanya lebih baik dari indeks saham Thailand SETi yang tercatat turun 6,7% secara ytd.

Namun BEI pun menyadai, kebijakan FCA banyak diprotes investor. Sampai akhirnya, BEI melakukan penyesuaian kebijakan FCA tersebut.

Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad menerangkan, melalui upaya evaluasi dan perubahan peraturan ini, BEI berharap emiten terus meningkatkan kepatuhan atas peraturan sebagai bentuk tanggung jawab ke pemegang saham.

Dia pun meminta investor untuk senantiasa melakukan analisis yang memadai berdasarkan perkembangan ekonomi terkini, berbagai keterbukaan informasi perusahaan tercatat, dan peraturan terbaru dalam hal pengambilan keputusan investasinya.

Alhasil, kebijakan BEI tersebut cukup berhasil meredam gejolak di pasar saham. Beberapa catatan transaksi pun mulai mendekati target BEI.

Salah satu yang paling terlihat adalah rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) yang per 26 Juni 2024 mencapai Rp12,18 triliun dari target BEI Rp12,25 triliun.

Tertekan Bunga Acuan, IHSG Menanti Performa Emiten Semesteran

Ke depan, IHSG diprediksi bisa kembali ke level psikologis 7.000. Menurut Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menyebut, IHSG akan dapat sentimen positif dari kinerja emiten secara semesteran.

Dia juga meyakini, dengan makroekonomi yang kuat serta stabilitas politik yang lebih kondusif dibandingkan negara lain maka kinerja pasar keuangan dan pasar saham Indonesia akan tetap kuat.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Infografis
//