115 Pulau di Indonesia Diperkirakan Hilang pada 2100, Mengapa?

Pada 2100, diperkirakan 115 pulau di Indonesia akan menghilang. Mengapa bisa begitu? (Dokumen: Freepik/wirestock)
Place your ads here

FAKTA.COM, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan 115 pulau di Indonesia yang akan menghilang pada tahun 2100. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang makin meningkatkan permukaan air laut.

Dikutip dari laman BRIN, Rabu (23/7/2024), Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Amarulla Octavian, mengatakan perubahan iklim berdampak terhadap sumber daya air, seperti krisis air bersih, kerawanan pangan, serta penyakit yang meningkat. Amarulla mengatakan, dalam periode 2010-2017, terjadi peningkatan 887 kejadian bencana hidrometeorologi dengan bencana iklim hidrologi.

“Antara lain, banjir, longsor, kekeringan, angin puting beliung, kebakaran hutan, gelombang pasang, dan abrasi,” kata dia di Jakarta.

1,2 juta Anak di Pasifik Terkena Dampak Krisis Iklim

Selain berdampak pada keberlangsungan sumber daya air, Profesor Riset Bidang Meteorologi, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan, berkata perubahan iklim juga berdampak pada meningkatnya permukaan air laut. Pada tahun 2010, muka air laut meningkat sebanyak 0,4 meter. Peningkatan itu berdampak pada hilangnya daratan seluas 7.408 km persegi.

Kemudian, pada 2050, diperkirakan permukaan air laut naik 0,56 meter. Permukaan laut yang naik akan mengakibatkan daratan seluas 30.120 km persegi Indonesia menghilang. Pada 2100, diperkirakan ada 115 pulau berukuran sedang di antara Sumatra Utara-Papua Barat akan lenyap.

“Dampak perubahan iklim tidak terbatas pada keberlangsungan sumber daya air semata, melainkan pada penentuan kalender tanam, hilangnya pulau-pulau kecil, banjir dan lain sebagainya,” kata Eddy.

Cara Mengatasi Masalah Sumber Daya Air
Perubahan Iklim Bisa Dongkrak Penyakit Malaria

Peneliti Ahli Utama Pengelolaan DAS, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Irfan Budi Pramono mengatakan, Solusi Berbasis Alam (Nature Based Solutions/NBS) memiliki potensi yang besar untuk mengatasi masalah sumber daya air seiring dengan perubahan iklim. Pengaturan air akan berubah dari mengalirkan menjadi meresapkan.

Cara ini, lanjut Irfan, juga akan melengkapi solusi lainnya, seperti mengoptimalkan fungsi grey infrastructure. Penerapan NBS juga harus melibatkan banyak pihak, dari pemerintah hingga rakyat.

Sekadar informasi, perubahan iklim berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung, pada sumber daya air. Misalnya, meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir, serta mengurangi curah hujan dan debit sungai pada musim kemarau.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Infografis
//