Selayar dan Perannya dalam Perdagangan Kopra Zaman Dulu
FAKTA.COM, Jakarta – Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bekerja sama dengan TNI AL kembali menggelar Muhibah Budaya Jalur Rempah Tahun 2023. Kepulauan Selayar terpilih sebagai tujuan Muhibah Budaya Jalur Rempah.
Selayar dipilih karena mengingat perannya yang tidak bisa dilepaskan dari perdagangan Nusantara pada zaman dulu, terutama pada abad ke-17 dan ke-18.
Dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), Senin (27/11/2023), Selayar terletak di ujung selatan Sulawesi. Wilayah ini punya sejarah peradaban dan corak budaya yang menarik dengan daerah lain.
Selayar memiliki komoditas dagang berupa kelapa kering alias kopra. Nah, kopra inilah yang menjadi “emas” bagi masyarakat setempat.
Silo Gunung, Gudang Batu Bara yang Jadi Warisan Budaya DuniaPada 1880-an, kopra alias kelapa kering Selayar diekspor ke Eropa melalui Makassar. Makanya enggak heran kelapa kering juga melambangkan status sosial karena kopra menjadi komoditas yang berharga.
Hampir semua masyarakat Selayar mengolah kelapa sebagai mata pencaharian hidup. Bahkan, buah kelapa pun menjadi bahan utama kebutuhan pokok. Hingga kini, kelapa dimanfaatkan sebagai minyak goreng, makanan tradisional, hingga bahan obat tradisional.
Sekadar informasi, acara “Muhibah Jalur Rempah” ini diikuti oleh 50 orang peserta yang terdiri atas peneliti, media, influencer, dan 20 anak muda. Muhibah Jalur Rempah ini akan menggunakan KRI Dewa Ruci untuk berlayar dari Surabaya ke Kepulauan Selayar pada 23-24 November 2023.
Warisan Budaya Takbenda Indonesia Terus BertambahMuhibah Budaya Jalur Rempah, kata Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti, bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan dan kesadaran generasi muda terhadap sejarah, kearifan lokal, hingga warisan budaya nenek moyang.
“Muhibah Budaya Jalur Rempah ini bukan untuk membuat kita terjebak dalam romantisme sejarah, melainkan sebagai upaya revitalisasi nilai budaya rempah yang bermanfaat untuk masa kini dan masa depan,” kata Rini di Jakarta.
Komentar (0)
Login to comment on this news