Ekonomi Sedang Sulit, Siapa yang Paling Menjerit?

Ilustrasi. (Dokumen Kemenkeu)
Place your ads here

FAKTA.COM, Jakarta - Ekonomi masih dalam periode turbulensi, hal tersebut terungkap dari berbagai indikator. Dampak guncangannya paling terasa bagi kelas menengah.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal menyampaikan, terjadi tren pelemahan konsumsi domestik, utamanya pada masyarakat kelas menengah. Hal tersebut berdasarkan beberapa indikator yang ia sampaikan dalam Midyear Economic Review CORE Indonesia 2024, Selasa (23/7/2024).

Salah satunya, ialah penurunan Indeks Penjualan Riil. Menurut Faisal, angkanya menurun 1% dibandingkan dengan kuartal I tahun ini.

Faisal bilang, meskipun per semester penjualan riil lebih baik dari tahun lalu, tetapi secara kuartalan terjadi kontraksi di berbagai macam jenis barang.

“Mulai dari suku cadang, bahan bakar kendaraan bermotor, sandang, makanan minuman, perlengkapan rumah tangga, dan lain-lain,” kata Faisal.

BI Rate Belum Turun, Ekonomi Bisa Lesu

Dalam kesempatan itu, Faisal beberapa kali menegaskan pelemahan konsumsi utamanya menyasar masyarakat kelas menengah. 

“Kalau kita melihat Indeks Keyakinan Konsumen, lemahnya tingkat keyakinan berkonsumsi terutama terlihat pada kalangan menengah dan bawah, kita bisa melihat divergensi keyakinan antara kalangan atas dan bawah semakin melebar,” tutur Faisal.

Ia juga bilang, pelemahan konsumsi terjadi sejalan dengan minimnya peningkatan upah. 

“Di tahun 2024 sampai dengan pencatatan terakhir, sudah mulai positif tapi masih lemah sekali, hanya tumbuh 0.7% secara year on year,” ujarnya.

Di lain sisi, proporsi konsumsi rumah tangga menurun menjadi 73%, sementara itu pengeluaran untuk cicilan pinjaman justru semakin meningkat.

Asumsi Ekonomi Makro dan Indikator Pembangunan 2025

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Riset Bidang Keuangan CORE Indonesia, Etika Karyani juga mengungkap serupa.

Menurutnya, kelas menengah sedang mengalami tekanan daya beli, hal tersebut disebabkan oleh kenaikan biaya cicilan setelah pandemi Covid-19.

Selanjutnya, Faisal juga bilang penyerapan tenaga kerja kita belum maksimal.

Mendukung temuan tersebut, sebelumnya Peneliti dan Pengamat Ketenagakerjaan Universitas Gadjah Mada, Tadjudin Nur Effendi menuturkan saat ini kondisi ketenagakerjaan juga sedang sulit.

Effendi bilang, per April pengangguran Indonesia termasuk tertinggi di ASEAN.

Belanja Negara Banyak Terpakai Bayar Utang, Ekonomi RI Sulit Tumbuh

Seperti diketahui, per April 2024, berdasarkan versi IMF tingkat pengangguran Indonesia mencapai 5,2%, angka tersebut berada di atas Malaysia, Filipina, Vietnam, Singapura, Thailand, dan Brunei.

Sementara itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman, Diah Setyorini Gunawan, mengungkap pelemahan konsumsi masyarakat juga berimbas kepada sektor UMKM.

“Pendapatan yang didapatkan UMKM banyak masih sebatas untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, ada yang cerita produksi sekian, lakunya di bawah jumlah produksi,” tutur Diah kepada Fakta.com, Rabu (24/7/2024).

Sebagai tambahan informasi, per Mei 2024, angka Non Performing Loan (NPL) UMKM berada di sekitar 4%, angka ini meningkat naik dari kondisi awal tahun.

Menanggapi hal tersebut, Diah mengungkap saat ini penetapan suku bunga kredit UMKM sudah mempertimbangkan berbagai faktor. Akan tetapi, pelaku UMKM lebih menginginkan kredit perbankan dengan bunga 0%. Meski begitu, itu bukanlah hal yang mudah.

Terakhir, Diah menekankan selain pemberian kredit dengan bunga yang rendah dan kredit lunak, UMKM perlu disertai dengan berbagai perbaikan aspek.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Infografis
//