Anomali Perdagangan Bebas: Dulu Saling Menguntungkan, Kini Menang atau Kalah

Ilustrasi.(Dokumen Kementerian Keuangan)
Place your ads here

FAKTA.COM, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa perkembangan perang dagang saat ini membuat rantai pasok global menjadi semakin rentan. Menurut dia, kondisi tersebut semakin melunturkan sistem perdagangan bebas yang sebelumnya dianut banyak negara.

“Kita semua dan para ekonom yakin, perdagangan bebas seharusnya menjadi hal yang membawa keuntungan. Tapi sekarang kita lihat perdagangan seperti sebuah hal menang atau kalah,” ujarnya saat menjadi pembicara kunci di agenda The 12th Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) yang dipantau secara virtual, Rabu (6/11/2023).

Ketahanan Eksternal Terjaga Seiring Berlanjutnya Surplus Neraca Perdaganga

Menkeu menjelaskan, hal ini merupakan fenomena yang mesti dirubah atau memang keadaan yang sudah berubah sehingga memerlukan penyesuaian baru untuk beradaptasi. Disebutkan jika sikap protektif terus menjamur dan menjadi hal umum yang dilihat sehari-hari. 

“Kita juga melihat bahwa sikap membangun hubungan kerja sama tidak hanya berdasarkan pada pandangan geopolitik dan keamanan saja, tetapi juga termasuk bagaimana perang teknologi yang bisa menjadi arah ke depan,” katanya.

Menkeu menambahkan, keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa (British Exit/Brexit) bukanlah sesuatu yang janggal apabila dipahami dalam konteks kekinian. Kata bendahara negara, hal tersebut didasarkan pada perbedaan generasi, perbedaan pendapatan, serta perbedaan pandangan terhadap tata kelola dan kebijakan sebuah negara.

“Jadi situasi ini kita kenal sekarang dengan istilah fragmentasi. Tidak ada lagi globalisasi, tidak ada lagi aspirasi tentang kita yang berbagi satu planet yang sama dan satu kemanusiaan yang sama,” kata Sri Mulyani menegaskan.

Konflik Israel-Hamas Tak Ganggu Perdagangan RI

Sekarang, sambung Menkeu, masyarakat dunia seolah terbagi dalam sejumlah kelompok, seperti perbedaan geografis, kedaulatan, atau juga tantangan yang berasal dari kemajuan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI).

“Contoh mudahnya adalah saat kita menggunakan teknologi, maka teknologi itu bisa mengidentifikasikan kesukaan kita berdasarkan data historis yang diolah. Seperti misalnya saya suka musik rock, yang lain suka musik pop, dan sebagainya. Ini adalah bentuk nyata dari fragmentasi, tidak hanya fragmentasi dunia tapi juga fragmentasi di level individu atau masyarakat,” kata dia.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Infografis
//