Menanti Racikan Erick untuk Karya yang Lebih Baik
FAKTA.COM, Jakarta - Masa jabatan Erick Thohir sebagai Menteri BUMN memasuki tahun ke empat. Sejak menjabat pada 2019, bos Mahaka Group ini menyelesaikan satu per satu persoalan di tubuh pelat merah.
Mulai dari menggabungkan tiga bank syariah menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk, menghidupkan Pelita Air, memperbaiki kinerja keuangan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, hingga memberi secercah harapan bagi masa depan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Kini, Erick tengah dihadapkan persoalan 'Karya' yang belakangan jadi sorotan publik terkait korupsi dan utang yang menggunung. Pada awal Mei lalu, Erick pernah menyampaikan, dirinya telah memiliki berbagai langkah strategis untuk memperkuat kondisi kesehatan BUMN Karya. Salah satunya terkait aturan penugasan.
"Menteri BUMN harus tahu penugasan yang diberikan kepada BUMN. Jangan sampai tidak jelas dananya, feasible atau tidak, kemudian ada masalah lalu minta pertolongan," ujar Erick.
Selain itu, Erick telah memerintahkan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan Danareksa untuk mengkaji kondisi aset hasil pekerjaan BUMN Karya. Ini perlu karena kondisi perekonomian yang sedang sulit seperti saat ini, menyebabkan ada proyek konstruksi atau properti yang belum dapat dimonetisasi.
"Namun, yang jelas saat ini BUMN Karya jauh lebih sehat, karena proyek tetap berjalan, pembayaran pun sudah mulai lancar," ungkap Erick.
Salah satu BUMN Karya yang cukup menyita perhatian adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Setelah kasus dugaan korupsi pejabat tingginya, perusahaan dengan kode saham WSKT harus berurusan dengan utang yang belum bisa dibayar.
Informasi terakhir, Waskita menempuh jalan restrukturisasi dan mengambil sikap standstill atas arus kas perusahaan yang tak kunjung stabil. Seperti jatuh tertimpa tangga, lantas beberapa proyek garapan perseroan lepas begitu saja dan dialihkan ke saudara tuanya PT Hutama Karya (Persero).
Persoalan Waskita belum tuntas. Terbaru, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengungkap dugaan pemalsuan laporan keuangan perseroan. Untuk yang satu ini, Waskita tak sendiri. Eks bos Bank Mandiri itu juga menyebut PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Alhasil, Waskita dan Wijaya sedang dalam satu circle 'Karya' yang bermasalah. Pasalnya, Wijaya juga baru mengumumkan sikap standstill atas utang kepada beberapa lembaga keuangan.
Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan DPR, Kartika menduga ada manipulasi laporan keuangan oleh Waskita dan Wijaya. Untuk itu, Kementerian BUMN pun melakukan investigasi dugaan tersebut dengan melibatkan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
"Jika ada fraud, kami akan tidak tegas melalui kerangka governance," ucap pria yang akrab disapa Tiko itu.
Jalan Keluar untuk Para Karya
Sejak menyebut PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan Danareksa akan mengkaji kondisi aset BUMN Karya, Erick beberapa kali menyinggung soal merger dan konsolidasi. Wacananya, Erick ingin merampingkan jumlah BUMN Karya dari sembilan menjadi hanya empat saja.
Dalam wacana awal itu, konsolidasi melibatkan BUMN Karya yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan Hutama Karya. Selain Waskita dan Wijaya, ada PT PP dan Adhi Karya.
Skema yang disiapkan Hutama Karya akan berkonsolidasi dengan Waskita, sementara PT PP dengan Wijaya. Adapun nasib Adhi Karya belum ditentukan.
Selain itu, Erick juga menyiapkan merger BUMN karya berskala kecil untuk berada di bawah naungan Danareksa. "Jadi yang kecil merger, sementara yang besar bisa konsolidasi. Misalnya menjadi anak usaha," kata Erick.
Sementara kabar terbaru, Kartika mengungkapkan skema lain untuk menentukan nasib Waskita. Salah satunya melalu inbreng saham. Dalam hal ini, saham milik pemerintah di Waskita akan dialihkan ke Hutama Karya.
"Tapi kami pastikan dulu restrukturisasi Waskita selesai. Melalui skema inbreng, kami harap operasional Waskita bisa berjalan normal kembali," tutur Kartika.
Harga Saham Karya Kompak Turun
Berbagai persoalan di tubuh BUMN Karya tentu saja akan berpengaruh pada pergerakkan harga sahamnya yang diperdagangkan di BEI. Misalnya saja saham Waskita (WSKT) yang masih dalam status suspensi (penghentian sementara perdagangan) sejak 8 Mei 2023.
Harga saham WSKT sebelum menyandang status itu berada di level Rp202 atau turun 43,89% dari posisi akhir 2022 Rp360.
Serupa tapi tak sama, saham Wijaya Karya (WIKA) masih bisa diperdagangkan hingga saat ini. Namun harganya sudah jatuh 50,75% dari posisi akhir 2022 Rp800 menjadi Rp394 per 5 Mei 2023.
Saham Adhi Karya (ADHI) juga dalam posisi melemah. Harga saham ADHI turun 28,09% dari Rp484 pada akhir 2022 menjadi Rp348.
Nasib saham PTPP juga serupa. Per 5 Mei 2023 harganya Rp520 atau sudah turun 27,27% dari Rp715 pada akhir 2022.
Dengan kondisi-kondisi itu, maka tidak heran jika banyak pihak menanti racikan Erick untuk membuat Karya yang lebih baik.
Komentar (0)
Login to comment on this news