OJK Optimistis Kredit Tumbuh Dobel Digit, Ekonom Jelaskan Kondisi Berbeda
FAKTA.COM, Jakarta - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana mengatakan bahwa pertumbuhan kredit tahun ini masih berpeluang untuk tumbuh dobel digit pada akhir tahun. Menurut dia, asumsi itu didasarkan pada analisis Rencana Bisnis Bank (RBB) pelaku usaha yang disampaikan kepada otoritas.
“Sampai akhir tahun kelihatannya pertumbuhan dobel digit masih bisa tercapai,” ujarnya melalui kanal digital pada Senin (30/10/2023).
Dian menjelaskan, proyeksi ini tercermin dari pola intermediasi yang menunjukan percepatan jelang tutup buku.
“Siklus akhir tahun biasanya permintaan kredit akan meningkat, khususnya dari kredit modal kerja, yang sejalan dengan ekspektasi dari target pertumbuhan ekonomi di atas 5%,” tuturnya.
Dian menambahkan, faktor lain yang menjadi pendorong adalah Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang masih dalam kategori ekspansif.
“Ini juga saya pikir masuk akal. Lagi pula di sektor konsumsi masyarakat juga cenderung meningkat di masa recovery menuju normal setelah COVID-19,” tegas dia.
Kredit Tumbuh, Uang Beredar Capai Rp8.440 TriliunSementara dari upaya menjaga kredit berkualitas, Dian menyebut otoritas senantiasa mengingatkan pelaku usaha untuk menerapkan manajemen risiko secara berkala sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
“Ini dilakukan terhadap kredit yang baru maupun terhadap kredit yang lama,” katanya.
Berdasarkan data yang dilansir oleh OJK, diketahui bahwa kredit perbankan mengalami pertumbuhan perlambatan dari sebelumnya 9,06% year on year di Agustus 2023 menjadi 8,96% pada September 2023.
Adapun, OJK sendiri menargetkan fungsi intermediasi perbankan bisa melaju di kisaran 10% sampai dengan 12%.
Optimisme OJK berbeda dengan pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet. Dia mengatakan, pressure bakal terlihat dari sisi Indeks Penjualan Riil (IPR).
“Pertumbuhan IPR pada bulan September diperkirakan melambat secara tahunan Jika dibandingkan dengan pencapaian pertumbuhan pada periode yang sama di tahun 2022,” ujarnya kepada Fakta.com pekan ini.
Bunga Acuan Naik, Laju Kredit Sulit Tumbuh Double DigitMenurut Rendy, di saat yang bersamaan angka inflasi juga relatif bisa mengalami peningkatan pada level tertentu mengingat efek El Nino yang potensial mengerek harga bahan pangan.
“Ini bisa bermuara terhadap tekanan pada daya beli masyarakat terutama untuk kelompok menengah ke bawah,” tuturnya.
Sehingga, sambung Rendy, melandainya demand tersebut akan membatasi pelaku usaha atau industri dalam melakukan ekspansi bisnis.
“Kondisi ini bisa merambat terhadap pelemahan permintaan kredit perbankan. Jadi singkatnya, meskipun peluang pertumbuhan kredit double digit itu masih terbuka namun dengan potensi tekanan inflasi dan juga pertumbuhan data penjualan riill terakhir yang sedikit melandai, ditambah kenaikan suku bunga acuan (BI rate), tentu akan mempengaruhi suku bunga pinjaman,” jelasnya.
Komentar (0)
Login to comment on this news