Kiat Hadapi Stres Jelang Hari Pertama Sekolah

Ilustrasi orang tua antar anak pada hari pertama sekolah. (Dokumen Freepik)
Place your ads here

FAKTA.COM, Jakarta – Tidak jarang orang tua merasa tertekan ketika mempersiapkan anaknya untuk kembali ke sekolah. Lalu, bagaimana cara mengatasi perasaan stres itu?

Dikutip dari Antara, Jumat (7/6/2024), psikolog anak dari Lembaga Psikologi Universitas Indonesia, Fabiola Priscilla, mengatakan ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mempersiapkan anak kembali ke sekolah. Misalnya, menerapkan waktu tidur anak cukup, yaitu 8-10 jam dan menciptakan rutinitas. Tujuannya agar anak bisa berangkat sekolah dengan lebih percaya diri.

Geger Banyak Orang Memanjat Tembok Sekolah ketika Ujian Berlangsung

“Melakukan berbagai macam persiapan sekolah dengan matang dapat membantu mengajarkan keterampilan hidup yang penting pada anak seperti kemandirian, tanggung jawab dan manajemen waktu," kata Fabiola dalam seminar “Kiat-Kiat Mengatasi Stres pada Orang Tua dalam Mempersiapkan Anak Kembali Sekolah”.

Dian mengatakan orang tua berperan penting dalam mendukung anak menjelang hari pertama tahun ajaran baru. Orang tua bisa mempengaruhi kepercayaan diri anak. Itu akan jadi pondasi mereka dalam proses pembelajaran pada masa depan.

Tahun ajaran baru itu berarti teman, guru, dan kelas baru. Tidak sedikit anak cemas ketika mulai bersekolah atau kembali ke sekolah. Itu wajar apabila anak-anak dan orang tua merasa cemas.

Kemdikbudristek Pastikan Ekstrakurikuler Pramuka Tetap Wajib di Sekolah

Kepala Sekolah Dasar BPK Penabur Pondok Indah, Evert F. Fanggidae, mengatakan guru dapat mengurangi kecemasan orang tua dan anak ketika hari pertama sekolah. Para pengajar bisa memberikan informasi yang lengkap melalui buku panduan sekolah atau memberikan forum tanya jawab melalui fitur chat grup di aplikasi perpesanan.

“Dukungan berupa komunikasi yang lancar antara orang tua dan guru merupakan salah satu kunci utama dalam kesuksesan anak di sekolah,” kata Evert.

Pengajar pun disarankan untuk memfasilitasi anak didik yang dinilai lamban belajar ketika melakukan sesuatu. Jika guru memaksa anak itu untuk belajar cepat, suasana kelas jadi tak efektif untuk peserta didik lain. Pengajar pun juga bisa kurang efektif menyampaikan materi ajar.

Evert pun menyarankan guru mengajak bicara anak tersebut untuk melihat potensi, lalu memfasilitasi cara-cara belajar yang dia sukai.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Infografis
//