Wabah Bakteri Pemakan Daging Serang Jepang

Ilustrasi bakteri. (dokumen Pixabay)
Place your ads here

FAKTA.COM, Jakarta - Wabah "bakteri pemakan daging" menyebar cepat di Jepang. Pada semester I 2024, sudah tercatat 977 kasus streptococcal toxic shock syndrome (STTS).

Dikutip dari Global News, Kamis (20/6/2024), angka ini lebih tinggi daripada 2023 yang mencapai 941 kasus menurut National Institute of Infectious Diseases Japan. Sebagian besar kasus terjadi pada orang dewasa di atas 30 tahun. Angka kematiannya mencapai 30%.

STTS merupakan infeksi bakteri yang jarang terjadi, tetapi berakibat fatal. Infeks ini disebabkan oleh bakteri Group A Streptococcus (GAS).

Beberapa jenis bakteri bisa menyebabkan gejala infeksi berkembang pesat, seperti tekanan darah rendah, nyeri anggota badan, dan pembengkakan. Jika tidak segera diobati, gejala itu bisa berkembang menjadi nekrosis, kegagalan organ, kesulitan bernapas, bahkan kematian.

Catat, Ini Gejala Infeksi Bakteri Mycoplasma

"Sebagian besar kematian terjadi dalam waktu 48 jam," kata profesor penyakit menular Universitas Kedokteran Tokyo Women’s Medical University, Ken Kikuchi, kepada Bloomberg.

Kikuchi mencontohkan, seorang pasien mengalami pembengkakan kaki pada pagi hari. Lalu, bengkaknya meluas ke lutut pada siang hari.

"Mereka bisa meninggal dalam waktu 48 jam," kata dia.

Kikuchi mengingatkan infeksi bakteri itu bisa naik hingga lebih dari 2.500 kasus tahun ini. Orang lansia berusia di atas 50 tahun sangat rentan terhadap STSS.

Pengobatan STSS yang melibatkan antibiotik IV dosis tinggi dan perawatan intensif. Kasus infeksi GAS juga membutuhkan perhatian serius dan intervensi sesegera mungkin.

Cara Lindungi Diri dari Infeksi Bakteri Pemakan Daging

Berkebun Tanpa Sarung Tangan, Wanita Ini Terinfeksi Bakteri Mematikan

Menurut National Institute of Infectious Diseases, cara terbaik untuk melindungi diri adalah menjaga kebersihan dengan baik. Ini termasuk dengan mencuci tangan dan segera mengobati luka agar tidak infeksi.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS mengatakan orang-orang dengan luka terbuka berisiko lebih tinggi terkena STTS. Apalagi, jika mereka baru sembuh dari operasi atau menderita infeksi virus yang menyebabkan luka terbuka.

Sekadar informasi, negara-negara lain juga melaporkan peningkatan infeksi bakteri GAS dan iGAS. Pada 2022, lima negara Eropa melaporkan peningkatan kasus iGAS kepada World Health Organization (WHO). Ini bertepatan dengan pencabutan lockdown COVID-19.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Infografis
//