Pasar Saham 2023: IHSG Naik 6,16 Persen, IPO Rekor Terbanyak
FAKTA.COM, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertengger di level 7.272,79 pada penutupan perdagangan akhir tahun 2023. Catatan itu naik 6,16% dari posisi akhir 2022 di level 6.850,62.
Pencapaian IHSG akhir 2023 itu juga menjadi yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih, saat 2020 lalu terdampak pandemi COVID-19 yang sempat anjlok ke 5.979,07 dari akhir 2019 di level 6.299,54.
Melihat data itu, Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman bersyukur pasar modal Indonesia bisa melewati tahun ini dengan baik, meski dihadapkan dengan skenario yang kompleks dan penuh tantangan. Iman menambahkan, meski IHSG bergerak secara fluktuatif, pada akhir tahun kembali bergerak ke zona positif.
"Dengan peningkatan kapitalisasi pasar yang naik lebih dari 24% atau setara US$760 miliar, bahkan sempat mencatat rekor tertinggi yakni pada 28 Desember 2023 dengan nilai Rp11.762 triliun," kata Iman, Jumat (29/12/2023).
Dokumen BEIIman juga melihat antusiasme perusahaan untuk melepas saham ke publik melalui mekanisme initial public offering (IPO) yang semakin tinggi. Sepanjang tahun ini, jumlahnya mencapai 79 perusahaan.
Menurut Iman, jumlah itu menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah dan pertumbuhan tertinggi dibandingkan bursa global lainnya. "BEI berada di peringkat ke-6 jumlah IPO dan peringkat ke-9 dalam hal fundrise secara global," ujar Iman.
Outlook Pasar Saham 2024, IHSG Bisa ke Level 8.400Selain itu, pasar modal Indonesia kini sudah memiliki lebih dari 12 juta investor. Dari jumlah itu, 79% di antaranya merupakan investor ritel berusia di bawah 40 tahun.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi menuturkan, banyak pencapaian dalam setahun perjalanan pasar modal Indonesia di tengah tantangan yang terus membayangi.
Optimisme yang Hati-hati bagi Bursa Efek di 2024Mulai dari tingginya suku bunga bank sentral global, dan juga pengetatan kebijakan moneter di sejumlah negara maju.
"Termasuk peningkatan inflasi, konflik geopolitik yang terus bergejolak di Eropa dan merambah ke Timur Tengah, hingga momentum persiapan tahun politik," kata Inarno.
Namun, kata Inarno, pasar modal Indonesia mampu menghadapi berbagai tantangan tersebut.
Komentar (0)
Login to comment on this news