POINTER: Mengintip Keampuhan Nyamuk Ber-Wolbachia
FAKTA.COM, Jakarta – Teknologi nyamuk ber-Wolbachia merupakan salah satu metode menekan Demam Berdarah Dengue (DBD). Metode ini sempat menggegerkan dunia maya karena ada dugaan hasil rekayasa genetik.
“Bakteri Wolbachia maupun nyamuk sebagai inang, bukanlah organisme hasil modifikasi genetik yang dilakukan oleh laboratorium,” kata peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Adi Utarini, di Jakarta, dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, Rabu (29/11/2023).
Peneliti Bantah Isu Nyamuk Wolbachia Merupakan Rekayasa GenetikSejatinya, Wolbachia ini ditemukan oleh dua peneliti asal Amerika Serikat pada 1924. Organisme ini berwujud bakteri gram negatif yang berbentuk batang.
- Dinamai Wolbachia pipientis. Bakteri gram negatif ada di sebagian hewan artropoda dan invertebrata.
- Hambat parasit berkembang biak. Sejumlah penelitian menyebut bakteri ini bisa mengganggu reproduksi virus dengue.
Dalam metode ini, nyamuk Aedes aegypti akan disuntik bakteri. Nyamuk jantan dan betina yang terinfeksi akan dilepas untuk kawin dengan nyamuk setempat.
- Ditularkan nyamuk betina. Nyamuk betina terinfeksi akan mewariskan bakteri ke anak-anaknya.
- Tekan populasi nyamuk. Bakteri ini juga bisa membuat telur nyamuk gagal menetas.
Pemerintah mengklaim metode ini efektif untuk menekan kasus DBD. Tidak hanya itu, teknologi ini juga aman bagi manusia. Penelitian menunjukkan bakteri itu tidak menular melalui gigitan serangga dan tidak menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan lain.
- Tekan kasus DBD hingga 77%. Uji coba nyamuk ber-Wolbachia bisa mengurangi kasus DBD dan rawat inap secara drastis.
- Ramah di kantong. Teknologi Wolbachia bisa menghemat anggaran fogging hingga Rp200 juta.
- Aman untuk jangka panjang. Penelitian menyebut teknologi ini relatif aman hingga 30 tahun ke depan.
Menurut catatan Kementerian Kesehatan, negara-negara lain yang menerapkan metode ini untuk menekan DBD adalah Australia, Brazil, Kolombia, Sri Lanka, El Salvador, Honduras, Laos, Vietnam, Kiribati, Fiji, Vanuatu, New Caledonia, dan Meksiko.
Komentar (0)
Login to comment on this news