BAKTI Ungkap Kendala Besar Bangun Infrastruktur Digital di Daerah 3 T
FAKTA.COM, Jakarta- Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) mengungkapkan, kendala pemerintah dalam membangun infrastruktur digital untuk daerah terpencil adalah listrik.
Kepala Divisi Layanan Teknologi Informasi untuk Masyarakat BAKTI, R. Sri Sanggrama Aradea menjelaskan, untuk mengatasi hal tersebut, BAKTI sudah berdiskusi dengan kementerian ESDM (Energi Sumber Daya dan Mineral) agar membantu dari sisi penyediaan listrik.
"Penyebaran internet dengan penyebaran listrik itu treatmentnya sangat berbeda, listrik butuh simpul-simpul yang berdekatan agar terhubung. Dia tidak bisa ditarik sangat jauh seperti internet yang satu pusat bisa menjangkau seluruh wilayah,” jelas Areadna dalam webinar CIPS DigiWeek 2024 pada Kamis (18/7/2024).
Diskusi tersebut bertajuk Connecting the Unconnected: Mengatasi Kesenjangan Konektivitas Internet yang diselenggarakan hybrid di Hotel Meridien dan Zoom.
BAKTI juga mendorong sinergi antara pemerintah dengan sektor swasta untuk melakukan pengadaan infrastruktur digital. Kerjasama dilakukan melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau PPP (Perjanjian Privat dan Pemerintah) yang membuka potensi pengadaan secara masif dan terbuka.
"Ini mematahkan persepsi bahwa proyek pengadaan infrastruktur digital adalah proyek pusat, karena pada nyatanya seperti proyek SATRIA 1 merupakan hasil sinergi antara pemerintah dan swasta yang terjalin dengan baik,” papar Aradea.
Menurut Aradea, BAKTI sudah melakukan KPBU/PPP 4 kali, dan dalam hal ini pemerintah mengajak pihak swasta untuk mendesain network digitalisasi sendiri.
Untuk diketahui, Proyek Satelit Republik Indonesia (SATRIA) merupakan salah satu bentuk upaya dari Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menuntaskan kekurangan konektivitas pada layanan publik pemerintahan di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) dan Perbatasan.
Ia memaparkan, BAKTI telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang berpihak pada daerah 3 T (tertinggal, Terdepan, Terluar). Selain itu, BAKTI memiliki program utama, yaitu Palapari, BTS USO, dan Satria 1 (satelit terbesar di Asia). Program- program ini harapannya bisa membantu atau mengisi gap yang yang sangat susah dijangkau terutama di daerah-daerah terpencil dan pulau-pulau terluar.
“Untuk membangun infrastruktur digital di daerah 3T memang kami membutuhkan kerja sama dari private sector,” jelas Aredea.
Untuk mengatasi internet daerah terpencil, BAKTI membangun Base Transceiver Station (BTS) Universal Service Obligation (USO). Sekadar informasi, proyek BTS USO BAKTI adalah proyek pemerintah untuk membangun infrastruktur transmisi dan tower yang bertujuan memberikan layanan gratis kepada daerah-daerah 3T. Proyek ini harus diajukan terlebih dahulu dari desa ke Kominfo.
“Nah BTS USO ini memang sangat kecil dan memang kami targetkan di area-area yang tidak dapat dijangkau oleh bts-bts komersial seperti XL, Telkomsel, dan Indosat,” kata Aradea.
.
Komentar (0)
Login to comment on this news