Ketika Pengungsian di Gaza Jadi Sasaran Target Kekejaman Israel

Tenda pengungsian di Gaza yang diserang Israel. (Ilustrasi FAKTA)
Place your ads here


FAKTA.COM, Jakarta - Kekejaman Israel terus terjadi hingga memasuki bulan kesepuluh perang di Gaza. 

Serangan Israel terakhir terjadi di kamp pengungsi al-Mawasi, sebelah barat Khan Younis. Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan, sedikitnya 71 orang tewas dan 289 lainnya luka-luka dalam serangan pada Sabtu (13/7/2023). 

Tentara Israel mengklaim target serangan itu adalah komandan militer senior Hamas, Mohammed Deif. Klaim yang dibantah oleh Hamas yang mengatakan warga sipil yang tak berdaya tewas dalam serangan di wilayah yang sebelumnya ditetapkan oleh Israel sebagai 'aman'.

Saksi mata mengatakan petugas penyelamat dan tim kesehatan menjadi sasaran pasukan Israel saat mereka tiba di lokasi kejadian. Ini merupakan serangan Israel paling mematikan di Gaza dalam beberapa minggu. Di hari yang sama, Israel juga menyerang kamp pengungsi di Al Shati, mengakibatkan 17 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.

Al-Mawasi di Rafah, telah ditetapkan sebagai zona kemanusiaan yang aman oleh tentara Israel pada Mei lalu, dan menuntut warga Palestina dari seluruh Jalur Gaza untuk pindah ke daerah tersebut, dengan menyebut bahwa daerah itu adalah tempat yang aman. Namun, tidak berapa lama setelah 1,4 juta warga Palestina mengungsi ke sana pada Mei lalu, Israel menyerang lokasi pengungsian tersebut.

Serangan pada Sabtu (13/7/2024) menambah jumlah korban, dengan setidaknya 38.443 orang tewas dan 88.481 lainnya luka-luka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober. 

Sekolah PBB di Gaza Diserang Israel dengan Bom AS

Dalam sepekan terakhir, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melakukan sejumlah serangan di sekolah-sekolah yang menjadi tempat pengungsian.

Sejak 7 Oktober, IDF telah melakukan sejumlah serangan udara di kamp-kamp pengungsi Palestina yang berpenduduk padat di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Sebanyak 6 lokasi pengungsian di jalur Gaza dan dua lokasi pengungsian di Tepi Barat mengalami serangan berkali-kali.

Kamp pengungsian Nuseirat merupakan lokasi yang paling banyak mengalami serangan. Berdasarkan data yang dihimpun, lokasi tersebut mengalami serangan hingga 49 kali. Dengan estimasi korban meninggal lebih dari 456 orang dan ribuan lainnya luka-luka.

Salah satu lokasi yang diserang di wilayah ini yaitu sekolah. Serangan paling menghancurkan daerah tersebut terjadi pada 8 Juni, dengan 274 warga Palestina tewas dan ribuan lainnya terluka.

Sementara itu, serangan di lokasi pengungsian yang paling banyak memakan korban yakni di kamp Jabaliya, dengan estimasi korban jiwa mencapai lebih dari 667 orang dan ribuan lainnya luka-luka.

Di Jabaliya, terdapat dua sekolah yang menjadi sasaran penyerangan IDF, yaitu sekolah Al Fakhoora dan Abu Hussein.

Sekolah yang dikelola Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) di Al Maghazi juga menjadi sasaran kekejaman Israel. 


Dalam empat hari sejak Sabtu (6/7/2024), Israel menyerang empat sekolah yang menjadi kamp pengungsian yaitu sekolah yang dikelola UNRWA, Al Jawni, di Nuseirat. Dalam serangan pada Sabtu tersebut, sebanyak 16 orang Palestina tewas.

Kemudian pada Minggu (7/7/2024), serangan Israel membunuh sebanyak empat pengungsi di sekolah Holy Family di Kota Gaza. Pada Senin (8/7/2024), para pengungsi dilaporkan terluka parah dalam serangan di sekolah UNRWA di Nuseirat.

Selanjutnya pada Selasa (9/7/2024), sebanyak 27 warga Palestina tewas usai Israel memborbardir sekolah Al Awda di Abasan, dekat Khan Younis. Menurut UNRWA, sejak 7 Oktober 2023 hingga Jumat (12/7/2024), sebanyak 456 serangan berdampak pada fasilitas UNRWA termasuk orang-orang di dalamnya.

Tidak hanya berdampak pada nyawa, Jalur Gaza berpotensi besar kehilangan seluruh generasi anak-anak akibat agresi Israel tersebut. Direktur Komunikasi UNRWA, Juliette Touma menjelaskan, lebih dari 600.000 anak di Gaza belum dapat bersekolah sejak perang Israel berlangsung pada Oktober.

Israel Kembali Serang Pengungsian, 29 Warga Gaza Tewas

Touma juga merujuk pada penutupan sejumlah besar sekolah dan berubahnya sekolah UNRWA menjadi penampungan bagi pengungsi internal.

"Ini artinya bahwa jika perang ini terus berlanjut, kami bakal kehilangan seluruh generasi anak-anak," ujar Touma dalam video UN Geneva yang dirilis di X, Jumat (12/7/2024).

UNRWA memperkirakan setidaknya 524 pengungsi yang berlindung di tempat penampungan UNRWA telah terbunuh dan setidaknya 1.606 terluka sejak dimulainya perang. 

Sedangkan secara total, jumlah warga Palestina yang tewas mencapai 38.295 orang, dengan ribuan diperkirakan hilang di antara reruntuhan bangunan.
Israel kini telah menghancurkan semua universitas di Jalur Gaza dan menargetkan sejumlah UNRWA dan sekolah-sekolah lain di wilayah tersebut.

Lebih dari 76 persen sekolah di Gaza memerlukan rekonstruksi penuh atau rehabilitasi besar agar dapat berfungsi setelah serangan Israel selama berbulan-bulan, menurut laporan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) Juni lalu.

PM Spanyol Ajak NATO Dukung Gaza, Bukan Hanya Ukraina

Dari gedung sekolah yang digunakan sebagai tempat berlindung bagi orang-orang yang mengungsi di Gaza, 69 persen telah terkena atau rusak secara langsung dalam serangan.

Sedangkan lebih dari 96 persen sekolah yang diserang secara langsung, totalnya 296, berlokasi di daerah yang menjadi sasaran perintah evakuasi militer Israel.

"Sekolah telah berubah dari tempat pendidikan yang aman dan harapan bagi anak-anak menjadi tempat penampungan yang penuh sesak dan sering kali berakhir menjadi tempat kematian dan kesengsaraan," ujar Kepala UNRWA Phillippe Lazzarini.

"Pengabaian terang-terangan terhadap hukum kemanusiaan internasional tidak dapat menjadi 'new normal',” kata Lazzarini, yang menyerukan gencatan senjata segera. 

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Infografis
//