SMRC: Dukungan Moral Publik Negatif Kepada Perilaku Jokowi-Gibran
FAKTA.COM, Jakarta - Survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) menyebutkan bahwa sejumlah masyarkat menganggap langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres yang diusung PDIP sesuatu yang negatif.
Merujuk pada survei yang dilakukan akhir Oktober hingga awal November 2033, terdapat 47% yang menyatakan langkah politik itu kurang baik. Rinciannya, 39% memilih kurang pantas dan 8% menyatakan tidak pantas sama sekali.
Pendiri SMRC, Saiful Munjani menuturkan, hanya 30% masyarakat yang menyatakan tindakan yang dipilih Kepala Negara sudah pantas. Sementara itu, ada 23% responden yang memilih untuk tidak menjawab.
Gibran Absen, Prabowo Mohon Maaf di Hadapan Pengurus Muhammadiyah"Dilihat dari sini sebenarnya tidak kuat dukungan moral masyarakar terhadap Pak Jokowi sikapnya ke PDIP yang tidak secara eksplisit atau berupaya memperjuangkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden," ungkap Saiful dalam paparannya dikutip, Jumat (24/11/2023).
Menurut Saiful, sikap Jokowi yang tidak gamblang menyokong Ganjar Pranowo adalah sesuatu yang unik. Sebab, selama yang bersangkutan berkarier di dunia politik, partai berlambang banteng itu selalu mendukung.
"Jadi saya melihat ini unik dan menarik bagaimana pak Jokowi sebagai seorang kader yang berkarier sukses lewat PDIP kemudian tidak punya sikap defenitif mendukung capres yang diputuskan oleh PDIP, partainya sendiri," katanya.
Sebaliknya, imbuh Saiful, Presiden malah seakan menunjukkan dukungan kepada capres lain yaitu Prabowo Subianto. Hal itu secara tidak langsung dibuktikan dengan menempatkan Gibran Rakabuming Raka sang putra sulung untuk berdampingan jadi capres-cawapres.
"Sampai makin ke sini orang makin yakin vahwa Jokowi tidak mendukung Ganjar, itu jelas. Malah sebaliknya mendukung oposisinya yang selama 2 kali di Pilpres, itu unik," tuturnya.
Jokowi Teken Pemberhentian Firli Hari IniSaiful lantas mengibaratkan langkah politik Jokowi mendukung Prabowo, seperti kasus di Amerika Serikat saat Obama mendukung Donald Trump.
"Seorang Obama yang sudah dua periode menjadi presiden, partainya memutuskan calon presiden berikutnya adalah Hillary Clinton. Obama tak mendukung Hillary, malah mendukung Donald Trump. Itu tak terbayang dalam politik Amerika, namun di Indonesia itu terjadi," paparnya.
Sebagaimana diketahui, survei ini dilakukan secara tatap muka sejak 29 Oktober hingga 5 November 2023. Survei ini dilakukan dengan metode stratified multistage random sampling, dengan berjumlah 2.400 responden.
Populasi survei merupakan warga berusia 17 tahun ke atas. Margin of error survei sebesar lebih 2,3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Komentar (0)
Login to comment on this news